Laman

Sabtu, 21 Juli 2012

My Lesson of Life :)


Jalan Lain

Sudah lama aku mengagumi para santri dan para ustad pondok pesantren… Karena penampilan mereka yang selalu rapi, dan selalu ramah kebanyakan. Sampai-sampai aku menginginkan untuk memiliki pasangan hidup yang memiliki latar belakang pondok. Namun, bila disesuaikan dengan aku yang tomboy dan hanya lulusan sekolah umum perlu kerja keras untuk hal itu pada awalnya… Hingga pada suatu ketika aku bertemu dengan teman-teman perempuan ku yang juga berasal dari pondok, dan aku mencoba untuk belajar dan mengenal kehidupan pondok dari mereka. Dulunya, aku memiliki keinginan untuk bersekolah di pondok setelah aku lulus SD , namun keinginan itu berbelok ketika orang tuaku menyarankan untuk bersekolah di sekolah umum. Dan pada saat aku SMA keinginan itu muncul kembali, butuh waktu 4 tahun di jenjang Aliyah/SMA untuk belajar di pondok setelah lulus dari sekolah non pondok. Maka dari itu aku urungkan niat ku untuk bersekolah di pondok. Sebenarnya tidak masalah untuk mengambil keputusan itu, namun aku harus memiliki mental berani untuk menjadi siswa yang lulus lama di bandingkan teman seangkatan ku yang lain. Namun, Allah itu adil. Dia memperkenalkan aku dengan dunia pondok dari beberapa orang, dan dengan beberapa cara. Perlahan aku mengetahui tentang bagaimana kah pondok itu, seperti apa kah kehidupan didalamnya, dan seperti apakah efek baiknya untuk para penghuni dan masyarakat disekitar nya. Dan setelah aku tau hal ini membuat ku takjub dan begitu kagum… Betapa tidak, pondok selalu mengajarkan kebaikan, member motivasi terhadap setiap santri dan santriwatinya, peduli terhadap masa depan santri dan para santriwatinya, tidak membedakan siapa mereka, dan memiliki cita-cita yang sama, yaitu menjadi manusia yang beradab. Melalui buku tentang perjalanan para santri di pondok, melalui cerita teman, dan melalui pengalaman mereka juga. Dan sangat di syukuri karena, meski aku tak memiliki kesempatan untuk merasakan bagaimana belajar di pondok, Allah memberikan aku cara yang lain untuk secara tidak langsung ikut belajar tentang pondok. Dan tetap percaya bahwa, Allah akan selalu memberi  jalan kepada para hambanya dalam hal kebaikan, melalui cara apa pun, dan melalui siapa pun.
Hingga pada akhirnya semangat tentang hal itu masih aku miliki sampai saat ini, memiliki keyakinan bahwa Allah selalu berada dalam hati, dan selalu mengerti dan member apa yang kita inginkan, meski tidak dalam waktu yang secepat harapan dihati. Namun, Dia selalu member perjalanan dan proses dahulu, hingga Dia tau bagaimana cara kita untuk menyikapinya, dan dari situlah Allah akan memberi  jawaban dengan cara yang kita mampu. Terkadang aku malu ketika aku masih seperti ini, dan aku menginginkan banyak hal yang “baik”. Saat itu lah aku dituntun untuk belajar dari keinginan ku sendiri, berkaca dari cita-cita yang ku miliki dan menciptakan semangat dari setiap cita-cita ku. Sama hal nya ketika aku jatuh cinta, aku selalu menginginkan seseorang yang baik, dan aku selalu ingin kebahagiaan bersamanya. Dan kalian tau apa yang Allah berikan? Allah memperkenalkan ku dengan beberapa orang, dan aku lebih banyak merasakan sakit disbandingkan bahagia. Karena pada dasar nya “cinta” adalah “rasa sakit” sakit ketika kita dikhianati, dan sakit ketika kita harus berpisah. Banyak proses yang telah ku lalui disana, Allah menyuruh ku untuk mengenal banyak orang, banyak sifat dan sikap mereka, dan ketika aku belum tau caranya aku begitu muak, dan inilah gumaman ku “Aku sangat muak untuk mengerti dan dipaksa untuk mengerti, kenapa harus aku yang selalu dalam posisi ini? Aku lelah ya Allah…”, namun kalian apa yang terjadi setelah aku bersikap seperti itu? Tak ada yang lebih baik, yang ada hanyalah aku yang semakin di gembleng, di bukakan mata olehNya dengan cara yang lebih sulit lagi, dengan level yang lebi tinggi, dengan konflik yang lebih sulit untuk dihadapi.. Tapi Allah tidak lepas kendali begitu saja, Dia masih memberiku pilihan untuk jalan hidup yang harus aku pilih, pilihan A, B,C,D, E bahkan Z…  Begitu banyak pilihan. Dan pilihanya adalah aku harus menikmati perjalanan ku, harus merasakan setiap rasa sakit, setiap rasa kecewa, dan setiap kegagalan. Sesungguhnya itu yang Allah maksud untukku… Dan setelah itu ku lewati, aku harus bisa menjadi seseorang yang bisa mengingat rasa sakit dan kegagalan, agar aku tak mengulanginya untuk yang kedua kali dan bisa menjadi semangat untuk lebih baik kedepan. Yang kedua adalah, untuk memiliki kehidupan yang tenang adalah melupakan masalah kecil dan melupakan rasa benci, karena bagiku itu semua adalah penghambat langkah untuk perjalanan yang lebih baik. Karena hidup ini indah, dan sangat sia-sia bila dihabiskan untuk “membenci”. Dulunya, aku adalah orang yang selalu menghindari masalah, dan sangat membenci ujian hidup. Harapanya adalah, dengan langkah itu aku bisa lebih tenang, dan akan merasa bahagia kembali.. Tapi TIDAK ternyata, sesungguhnya aku dan kalian semua dituntut untuk berperan sebagai “penikmat” masalah didunia ini, karena dengan menikmati kita akan menjadi suka, dan rasa suka akan membuat kita untuk berpikir dan mencari cara untuk menyelesaikannya.  Maka, pada saat itu juga aku mencoba untuk merubah cara ku dalam memperlakukan hidup ku dengan cara yang baru, dan lebih baik tentunya. Dan pada saat aku merasa kecewa aku sangat menikmatinya, dengan keyakinan bahwa aku “istimewa” karena Allah masih mengingatku untuk mendapat ujian ini, dan ini adalah saat-saat berharga karena aku mendapat kesempatan untuk menjadi “pemberani”, “pemberani” untuk masalah ku sendiri. Karena, itu lah sumber kekuatan yang sebenarnya percaya pada diri sendiri dan yakin bahwa Allah selalu bersama masalah kita. Dan dari situlah semangat dan rasa percaya diri yang sebenarnya itu muncul, mencoba mempelajari maksud Allah, dari masalah yang kita miliki. Setiap saat dan setiap perjalanan itu penuh makna, penuh hikmah, dan penuh pelajaran. Dan kembali pada kehidupan pondok, aku dan para santri di pondok itu juga memiliki kehidupan sendiri, kita selalu ingin menjadi diri yang lain, mereka pasti juga mengiinginkan kehidupan diluar seperti hidup ku, sedangkan aku menginginkan kehidupan mereka (di pondok). Dan sebenarnya jawabannya adalah : “Mari kita nikmati hidup kita, bagaimana pun, seperti apa pun, dengan siapapun, karena tanpa kita sadari seseorang juga menginginkan kehidupan seperti yang kita miliki”. Dan aku sedang belajar untuk hal itu.
“Bila kita saling menginginkan untuk menjadi diri yang lain, maka kita semua adalah sama.”
                                                                                                -KAZAME-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar